Program Studi S1 Tata Kelola Seni awalnya berdiri pada 2014 sebagai program D4 di bawah naungan Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, didirikan sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak akan sumber daya manusia profesional di bidang pengelolaan seni di Indonesia. Lahirnya program ini ditandai oleh proses perumusan yang matang dan partisipatif, yang melibatkan pimpinan institusi, dosen, dan para pelaku seni dari industri seni dan budaya.
Cikal bakal program ini berawal dari mandat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) melalui surat No. 647/E.E2/DT/2014 yang mendorong pendirian program studi Diploma IV Tata Kelola Seni. Merespons mandat tersebut, ISI Yogyakarta menyelenggarakan serangkaian rapat intensif sejak Juli 2014, dimulai dari rapat pimpinan tingkat institut hingga tingkat fakultas. Dalam forum-forum ini, hadir tokoh-tokoh penting seperti Prof. Dr. M. Agus Burhan, Prof. I Wayan Dana, Dr. Mikke Susanto, dan praktisi seperti Heri Pemad dan Setyo Harwanto.
Selanjutnya, Program Studi TKS dikembangkan dengan visi menjadi unggulan dalam pengelolaan seni di Indonesia dan Asia pada tahun 2032, dengan basis nilai-nilai Pancasila. Perjalanan legal formal program ini mencapai tonggak penting pada 18 November 2015, saat terbit Surat Keputusan KEMENRISTEK DIKTI RI No. 119/KPT/I/2015 yang secara resmi mengubah statusnya dari D4 menjadi Program Studi Strata 1 (S-1).
Sejak awal, Program Studi TKS dirancang sebagai ruang akademik yang menjembatani antara dunia seni dan dunia manajerial-kurator. Kurikulumnya berbasis multidisiplin, menyentuh pengelolaan seni rupa, seni pertunjukan, seni media rekam, serta budaya dan pariwisata. Dalam pelaksanaannya, TKS menekankan pendekatan pembelajaran berbasis praktik, keterlibatan langsung dengan galeri, museum, dan ruang seni, serta kerja sama internasional.
Dengan fondasi akademik yang kuat, visi yang progresif, dan jaringan yang luas, TKS telah bertransformasi menjadi salah satu pionir dalam pendidikan pengelolaan seni di Indonesia. Ia tidak hanya mencetak lulusan yang siap menjadi manajer program seni dan kurator, tetapi juga aktor budaya yang peka terhadap dinamika sosial, teknologi, dan tantangan global.